Welcome To My Simple Blog

Rabu, 23 Oktober 2013

LAPARASKOPI

Laparoskopi adalah suatu tindakan bedah minimal yang umumnya ditujukan untuk mengurangi resiko yang didapatkan pada operasi besar. Proses penyembuhan dengan laparoskopi jauh lebih cepat dibandingkan dengan operasi besar.
Pada kasus kasus kandungan laparoskopi dilakukan dengan menggunakan teropong yang dimasukkan kedalam luka sayatan kecil berukuran 0.5-1 cm di pusar dan bagian bawah perut. Melalui akses ini dokter dapat memasukkan instrumen bedah yang ukurannya kecil tetapi dapat melakukan hal yang sama bila tindakan ini dilakukan melalui bedah konvensional. Berbagai macam kondisi dapat dilakukan dengan cara pembedahan modern ini. Seperti kista kandung telur, mioma uteri, pengangkatan rahim (histerektomi), pengangkatan usus buntu dan kandung empedu.
Keuntungan melakukan pembedahan dengan laparascopi jika dibandingkan dengan pembedahan konvensional adalah:
  • Memperkecil Luka Operasi
  • Besarnya sayatan sedalam 5-10 mm
  • Mempersingkat lama perawatan di rumah sakit
  • Mengurangi rasa nyeri pasca operasi
  • Mengurangi perlengketan pasca operasi
  • Mengurasi resiko pendarahan
  • Mempercepat mobilitas pasien
KEMAJUAN teknologi telah membawa perkembangan berarti di dunia bedah. Laparaskopi diperkenalkan di awal tahun 1990an dengan metode sayatan kecil sepanjang 2-3 cm menolong pasien tidak perlu berlama-lama di rumah sakit dan menghabiskan banyak biaya.
Laparaskopi adalah tindakan bedah yang tidak membutuhkan sayatan lebar karena menggunakan alat bantu kamera kecil yang dapat dimasukkan dalam rongga abdomen. Metode ini dikatakan makin berkembang dengan didukung oleh peralatan canggih yang disebut Endo Alfa.
Alat ini merupakan yang pertama di Indonesia dan yang ketiga di Asia, selain Jepang dan Hongkong. Endo Alfa dilengkapi dengan teknologi Narrow Brand Image (NBI) yang menangkap keganjilan-keganjilan pada rongga yang diperiksa dalam warna yang lebih spesifik. Dengan gambar yang lebih jelas, dokter dapat dengan tepat dan cepat mendeteksi keganasan kanker sejak dini.
Laparaskopik dimulai dengan tindakan pre-operasi seperti biasanya. Bedanya, kalau dulu pada saat bedah tangan dokter harus masuk untuk memeriksa benjolan atau indikasi kanker lain, sekarang hal itu tidak perlu dilakukan lagi di awal. Dokter bedah cukup melakukan metode yang tergolong bedah invasi minimal ini dengan empat lubang yang paling besar hanya berukuran 0.5-2cm dan kemudian memasukkan kamera untuk menemukan kanker.
“Sekarang laparaskopik tidak hanya untuk perut saja. Bisa untuk ortopedi, keilmuan bedah syaraf, keilmuan ginekolog, bedah torax, jantung, tumor paru, empedu,” ujar Sigit dalam presentasi sebelumnya. Menurut keterangan Sigit, banyak rumah sakit di daerah sudah bisa melakukan Laparaskopi namun alat mutakhir Endo Alfa hanya ada satu, yaitu di Jakarta.
Dulu orang yang barusan dioperasi cenderung merasa minder bila ingin berenang. Pasalnya, bekas luka sayatan bedah yang panjang di perut membuat penampilan perut tak sedap dipandang. Namun, sekarang Anda bisa tersenyum. Dengan teknik bedah laparaskopi, bekas luka sayatan operasi Anda hanya seperti bekas cacar
Teknik bedah invasif minimal ini mulai diperkenalkan pada 1992, yang selanjutnya mengalami banyak perkembangan seiring dengan kemajuan teknologi. Dr Hermansyur Kartowisastro, SpBKBD, memaparkan saat ini sayatan terkecil yang dilakukan adalah 0,2-2 sentimeter dibanding 2-3 cm sewaktu mulai diperkenalkan. Dengan metode sayatan kecil tersebut mampu menolong pasien agar tidak perlu berlama-lama di rumah sakit. Juga tak menghabiskan banyak biaya. Maka masa penyembuhan pasien lebih singkat.
Tindakan bedah laparaskopi dilakukan dengan membuat sayatan di bawah lipatan pusar kemudian dimasukkan gas CO2. Pemberian gas ini untuk menggembungkan perut pasien agar usus tertekan ke bawah dan menciptakan ruang di dalam perut untuk pembedahan.
Biaya prosedur laparaskopi memang lebih mahal ketimbang yang konvensional. Pasalnya, teknologi dan alat-alat yang digunakan lebih canggih dan hanya sekali pakai.





Tujuan Laparaskopi
a)     Untuk menvisualisasikan organ abdomen dan pelvis.
b)    Untuk melakukan prosedur pembedahan di daerah abdomen dan pelvis.
Masalah Klinis
         Temuan abnormal : Endometriosis, kista ovarium, tumor, abses, kehamilan aktopik, fibroit uterus, nodul hati, sirosis, adhesi dalam daerah abdomen, PID.

Faktor yang Mempengaruhi Hasil Diagnostik
a)      Adhesi yang berlebihan
b)     Obesitas berat

Keuntungan Bedah Laparaskopi:
1.     Rasa nyeri minimal karena luka operasi kecil dan tidak melukai otot.
2.     Pemulihan dan penyembuhan lebih cepat sehingga waktu perawatan di rumah sakit lebih singkat dan cepat kembali ke aktivitas normal.
3.     Luka kecil mengakibatkan perut bekas operasi hampir tidak terlihat.


Jenis Operasi yang Dapat Dilakukan dengan Bedah Laparaskopi:

1.     Bidang ilmu Bedah : Oeprasi Usus Buntu (Appendisitis), Batu kendung empedu (Kholesistitis, Kholelitiasis), Perlengketan Usus, Operasi tertentu pada lambung, Usus Halus dan Usus Besar.
2.     Bidang Ilmu Kebidanan (OBs-Gyn) : Laparaskopi diagnostik, Chromotubation (menilai patensi tuba atau saluran telur), sterilisasi, kehamilan ektopik (kehamilan dluar kandungan), Kista indung telur/ovarium.

Kapankah Pasien Pulang:

- Pada operasi yang sederhana, pasien boleh pulang 1-2 hari setelah operasi.
- Pada radang usu buntu yang pecah dan bernanah, pasien boleh pulang minimal setelah 3-4 hari setelah operasi, selanjutnya dapat berobat jalan.



Kapankah Bedah Laparaskopi Tidak Boleh Dilakukan:

Teknik operasi ini tidak dapat dilakukan pada pasien-pasian yag pernah operasi perut sehingga terjadi perlengketan hebat di dalam rongga perut.
Bila bedah laparaskopi tidak memungkinkan, maka dilakukan tindakan pembedahan biasa dengan sayatan yang lebih besar.

LAPAROSKOPI MEMINIMKAN SAYATAN

Teknologi dan teknik pembedahan pasien terus mengalami perkembangan. Semuanya tentu demi pemulihan kesehatan pasien. Termasuk penggunaan kamera video untuk melakukan bedah atau lebih dikenal dengan teknik laparoskopi. Bedah dengan menggunakan kamera video sudah banyak digunakan di berbagai rumah sakit di Tanah Air, termasuk Rumah Sakit Awal Bross Batam, yang terus melakukan pengembangan untuk lebih memberdayakan alat tersebut.
Menurut Assistant Business and Development Manager RS Awal Bross Batam, Ingrid Sitawidjaja, alat tersebut bisa dimanfaatkan untuk pembedahan berbagai penyakit, seperti operasi hernia, varicocele, dan kelenjar gondok. “Perkembangan teknologi telah mengantarkan dunia kedokteran, khususnya bedah, kepada efektivitas dan efisiensi. Teknik bedah minimal invasif, laparoskopi misalnya, menjadi alternatif dari bedah konvensional,” papar Ingrid.
Dengan teknik laparoskopi, proses pembedahan tidak memerlukan sayatan panjang seperti dalam teknik konvensional. Sayatan dalam pembedahan laparoskopi dibuat seminimal mungkin karena proses penyembuhan di dalam tubuh menggunakan alat tertentu yang bisa dipantau secara langsung oleh kamera. “Dengan demikian, banyak keuntungan yang diperoleh pasien, antara lain hospitalisasi yang singkat, nyeri minimal, biaya murah, dan mengurangi ileus,” ucap dia.
Awalnya, laparoskopi dilakukan untuk bedah digestif atau bedah bagian perut dan saluran pencernaan. Belakangan, kasus yang sering ditangani justru bukan hanya saluran pencernaan, melainkan juga cholecystectomy atau pengangkatan kantong empedu dan appendectomy atau pengangkatan usus buntu yang meradang.


Bedah laparoskopi juga bisa diterapkan untuk kasus lengketnya usus, tumor usus, obesitas, hernia, dan kelenjar getah bening. RS Awal Bross Batam juga sudah bisa menangani pembedahan pembesaran kelenjar gondok dengan alat tersebut.

PENGGUNAAN LAPAROSKOPI PADA KISTA OVARIUM
Kista ovarium fisiologis merupakan massa di ovarium yang paling umum ditemukan. Kista ini disebabkan oleh karpena kegagalan folikel untuk pecah atau regresi. Ukuran kista ovarium fisiologis ini kurang dari 6 cm, permukaan rata, mobile dan konsistensi kistik. Keluhan dapat berupa massa di daerah pelvik maupun ketidakteraturan haid. Terdapat beberapa jenis kista fungsional yaitu kista folikuler, kista korpus luteum, kista teka lutein dan luteoma kehamilan.
Penanganan kista ovarium dapat berupa konservatif maupun operatif. Prosedur pembedahan perlu dilakukan untuk mengetahui asal massa bila dari pemeriksaan klinis dan pemeriksaan penunjang sulit menentukan asal massa tersebut. Pada tahun 1991, laparoskopi baru digunakan baik sebagai alat diagnosa sekaligus sebagai terapi. Prosedur pembedahan kista ovarium ini dapat berupa kistektomi dan salfingo-ooforektomi. Kelebihan dari tindakan waktu operasi lebih singkat dan masa penyembuhan yang lebih cepat dibanding dengan laparotomi.

PENANGANAN KISTA OVARIUM DENGAN LAPAROSKOPI
Penggunaan laparoskopi untuk penanganan massa di pelvik meningkat satu dekade terakhir ini. Sampai tahun 1990 tidak terdapat panduan secara umum mengenai penggunaan laparoskopi sebagai alat diagnostik maupun terapi untuk kelainankelainan ginekologi. Pada tahun 1991 Dr. Vicki Seltzer mengusulkan panduan penggunaan laparoskopi sebagai alat diagnosis dan terapi. Hulka dkk melaporkan pada suatu survey, dilakukan 13,739 prosedur laparoskopi untuk penanganan massa di ovarium 3. Penggunaan laparoskopi dalam prosedur pembedahan untuk kista ovarium dapat berupa kistektomi dan salfingoooforektomi.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa, laparoskopi merupakan cara operasi yang lebih aman, efektif, dan dapat meminimalkan resiko seperti seperti perdarahan, infeksi dan cidera organ sekitar dibandingkan bedah konvensional yang menggunakan metode laparotomi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar