Laparoskopi
adalah suatu tindakan bedah minimal yang umumnya ditujukan untuk mengurangi
resiko yang didapatkan pada operasi besar. Proses penyembuhan dengan
laparoskopi jauh lebih cepat dibandingkan dengan operasi besar.
Pada kasus
kasus kandungan laparoskopi dilakukan dengan menggunakan teropong yang
dimasukkan kedalam luka sayatan kecil berukuran 0.5-1 cm di pusar dan bagian
bawah perut. Melalui akses ini dokter dapat memasukkan instrumen bedah yang
ukurannya kecil tetapi dapat melakukan hal yang sama bila tindakan ini
dilakukan melalui bedah konvensional. Berbagai macam kondisi dapat
dilakukan dengan cara pembedahan modern ini. Seperti kista kandung telur, mioma
uteri, pengangkatan rahim (histerektomi), pengangkatan usus buntu dan kandung
empedu.
Keuntungan melakukan pembedahan dengan laparascopi jika dibandingkan
dengan pembedahan konvensional adalah:- Memperkecil Luka Operasi
- Besarnya sayatan sedalam 5-10 mm
- Mempersingkat lama perawatan di rumah sakit
- Mengurangi rasa nyeri pasca operasi
- Mengurangi perlengketan pasca operasi
- Mengurasi resiko pendarahan
- Mempercepat mobilitas pasien
KEMAJUAN teknologi telah membawa perkembangan berarti di dunia
bedah. Laparaskopi diperkenalkan di awal tahun 1990an dengan metode sayatan
kecil sepanjang 2-3 cm menolong pasien tidak perlu berlama-lama di rumah sakit
dan menghabiskan banyak biaya.
Laparaskopi
adalah tindakan bedah yang tidak membutuhkan sayatan lebar karena menggunakan
alat bantu kamera kecil yang dapat dimasukkan dalam rongga abdomen. Metode ini
dikatakan makin berkembang dengan didukung oleh peralatan canggih yang disebut
Endo Alfa.
Alat ini merupakan yang pertama di Indonesia dan yang ketiga di Asia,
selain Jepang dan Hongkong. Endo Alfa dilengkapi dengan teknologi Narrow Brand
Image (NBI) yang menangkap keganjilan-keganjilan pada rongga yang diperiksa
dalam warna yang lebih spesifik. Dengan gambar yang lebih jelas, dokter dapat
dengan tepat dan cepat mendeteksi keganasan kanker sejak dini.
Laparaskopik dimulai dengan tindakan pre-operasi seperti biasanya. Bedanya,
kalau dulu pada saat bedah tangan dokter harus masuk untuk memeriksa benjolan
atau indikasi kanker lain, sekarang hal itu tidak perlu dilakukan lagi di awal.
Dokter bedah cukup melakukan metode yang tergolong bedah invasi minimal ini
dengan empat lubang yang paling besar hanya berukuran 0.5-2cm dan kemudian
memasukkan kamera untuk menemukan kanker.
“Sekarang
laparaskopik tidak hanya untuk perut saja. Bisa untuk ortopedi, keilmuan bedah
syaraf, keilmuan ginekolog, bedah torax, jantung, tumor paru, empedu,” ujar
Sigit dalam presentasi sebelumnya. Menurut keterangan Sigit, banyak rumah sakit
di daerah sudah bisa melakukan Laparaskopi namun alat mutakhir Endo Alfa hanya
ada satu, yaitu di Jakarta.
Dulu orang yang barusan dioperasi cenderung merasa minder bila ingin
berenang. Pasalnya, bekas luka sayatan bedah yang panjang di perut membuat
penampilan perut tak sedap dipandang. Namun, sekarang Anda bisa tersenyum.
Dengan teknik bedah laparaskopi, bekas luka sayatan operasi Anda hanya seperti
bekas cacar
Teknik bedah invasif minimal ini mulai diperkenalkan pada 1992, yang
selanjutnya mengalami banyak perkembangan seiring dengan kemajuan teknologi. Dr
Hermansyur Kartowisastro, SpBKBD, memaparkan saat ini sayatan terkecil yang
dilakukan adalah 0,2-2 sentimeter dibanding 2-3 cm sewaktu mulai diperkenalkan.
Dengan metode sayatan kecil tersebut mampu menolong pasien agar tidak perlu
berlama-lama di rumah sakit. Juga tak menghabiskan banyak biaya. Maka masa
penyembuhan pasien lebih singkat.
Tindakan bedah
laparaskopi dilakukan dengan membuat sayatan di bawah lipatan pusar kemudian
dimasukkan gas CO2. Pemberian gas ini untuk menggembungkan perut pasien agar
usus tertekan ke bawah dan menciptakan ruang di dalam perut untuk pembedahan.
Biaya prosedur laparaskopi memang lebih mahal ketimbang yang konvensional.
Pasalnya, teknologi dan alat-alat yang digunakan lebih canggih dan hanya sekali
pakai.
Tujuan
Laparaskopi
a)
Untuk menvisualisasikan organ abdomen dan pelvis.
b)
Untuk melakukan prosedur pembedahan di daerah abdomen dan pelvis.
Masalah Klinis
Temuan abnormal : Endometriosis, kista ovarium,
tumor, abses, kehamilan aktopik, fibroit uterus, nodul hati, sirosis, adhesi
dalam daerah abdomen, PID.
Faktor yang
Mempengaruhi Hasil Diagnostik
a)
Adhesi yang berlebihan
b)
Obesitas berat
Keuntungan
Bedah Laparaskopi:
1.
Rasa nyeri
minimal karena luka operasi kecil dan tidak melukai otot.
2.
Pemulihan dan
penyembuhan lebih cepat sehingga waktu perawatan di rumah sakit lebih singkat
dan cepat kembali ke aktivitas normal.
3.
Luka kecil
mengakibatkan perut bekas operasi hampir tidak terlihat.
Jenis Operasi yang Dapat Dilakukan dengan Bedah
Laparaskopi:
1.
Bidang ilmu Bedah : Oeprasi Usus Buntu (Appendisitis),
Batu kendung empedu (Kholesistitis, Kholelitiasis), Perlengketan Usus, Operasi
tertentu pada lambung, Usus Halus dan Usus Besar.
2.
Bidang Ilmu
Kebidanan (OBs-Gyn) : Laparaskopi diagnostik, Chromotubation (menilai patensi tuba
atau saluran telur), sterilisasi, kehamilan ektopik (kehamilan dluar
kandungan), Kista indung telur/ovarium.
Kapankah Pasien Pulang:
- Pada operasi yang sederhana, pasien boleh pulang 1-2
hari setelah operasi.
- Pada radang usu buntu yang pecah dan bernanah, pasien boleh pulang minimal setelah 3-4 hari setelah operasi, selanjutnya dapat berobat jalan.
- Pada radang usu buntu yang pecah dan bernanah, pasien boleh pulang minimal setelah 3-4 hari setelah operasi, selanjutnya dapat berobat jalan.
Kapankah Bedah Laparaskopi Tidak Boleh Dilakukan:
Teknik operasi
ini tidak dapat dilakukan pada pasien-pasian yag pernah operasi perut sehingga
terjadi perlengketan hebat di dalam rongga perut.
Bila bedah laparaskopi tidak
memungkinkan, maka dilakukan tindakan pembedahan biasa dengan sayatan yang
lebih besar.
LAPAROSKOPI
MEMINIMKAN SAYATAN
Teknologi dan teknik pembedahan pasien terus mengalami
perkembangan. Semuanya tentu demi pemulihan kesehatan pasien. Termasuk
penggunaan kamera video untuk melakukan bedah atau lebih dikenal dengan teknik
laparoskopi. Bedah dengan menggunakan kamera video sudah banyak digunakan di
berbagai rumah sakit di Tanah Air, termasuk Rumah Sakit Awal Bross Batam, yang
terus melakukan pengembangan untuk lebih memberdayakan alat tersebut.
Menurut
Assistant Business and Development Manager RS Awal Bross Batam, Ingrid
Sitawidjaja, alat tersebut bisa dimanfaatkan untuk pembedahan berbagai
penyakit, seperti operasi hernia, varicocele, dan kelenjar gondok.
“Perkembangan teknologi telah mengantarkan dunia kedokteran, khususnya bedah,
kepada efektivitas dan efisiensi. Teknik bedah minimal invasif, laparoskopi
misalnya, menjadi alternatif dari bedah konvensional,” papar Ingrid.
Dengan
teknik laparoskopi, proses pembedahan tidak memerlukan sayatan panjang seperti
dalam teknik konvensional. Sayatan dalam pembedahan laparoskopi dibuat
seminimal mungkin karena proses penyembuhan di dalam tubuh menggunakan alat
tertentu yang bisa dipantau secara langsung oleh kamera. “Dengan demikian,
banyak keuntungan yang diperoleh pasien, antara lain hospitalisasi yang
singkat, nyeri minimal, biaya murah, dan mengurangi ileus,” ucap dia.
Awalnya,
laparoskopi dilakukan untuk bedah digestif atau bedah bagian perut dan saluran
pencernaan. Belakangan, kasus yang sering ditangani justru bukan hanya saluran
pencernaan, melainkan juga cholecystectomy atau pengangkatan kantong empedu dan
appendectomy atau pengangkatan usus buntu yang meradang.
Bedah
laparoskopi juga bisa diterapkan untuk kasus lengketnya usus, tumor usus,
obesitas, hernia, dan kelenjar getah bening. RS Awal Bross Batam juga sudah
bisa menangani pembedahan pembesaran kelenjar gondok dengan alat tersebut.
PENGGUNAAN LAPAROSKOPI PADA KISTA OVARIUM
Kista
ovarium fisiologis merupakan massa di ovarium yang paling umum ditemukan. Kista
ini disebabkan oleh karpena kegagalan folikel untuk pecah atau regresi. Ukuran
kista ovarium fisiologis ini kurang dari 6 cm, permukaan rata, mobile dan
konsistensi kistik. Keluhan dapat berupa massa di daerah pelvik maupun
ketidakteraturan haid. Terdapat beberapa jenis kista fungsional yaitu kista
folikuler, kista korpus luteum, kista teka lutein dan luteoma kehamilan.
Penanganan kista ovarium dapat berupa konservatif
maupun operatif. Prosedur pembedahan perlu dilakukan untuk mengetahui asal
massa bila dari pemeriksaan klinis dan pemeriksaan penunjang sulit menentukan
asal massa tersebut. Pada tahun 1991, laparoskopi baru digunakan baik sebagai
alat diagnosa sekaligus sebagai terapi. Prosedur pembedahan kista ovarium ini
dapat berupa kistektomi dan salfingo-ooforektomi. Kelebihan dari tindakan waktu
operasi lebih singkat dan masa penyembuhan yang lebih cepat dibanding dengan
laparotomi.
PENANGANAN KISTA OVARIUM DENGAN LAPAROSKOPI
Penggunaan
laparoskopi untuk penanganan massa di pelvik meningkat satu dekade terakhir
ini. Sampai tahun 1990 tidak terdapat panduan secara umum mengenai penggunaan
laparoskopi sebagai alat diagnostik maupun terapi untuk kelainankelainan
ginekologi. Pada tahun 1991 Dr. Vicki Seltzer mengusulkan panduan penggunaan
laparoskopi sebagai alat diagnosis dan terapi. Hulka dkk melaporkan pada suatu
survey, dilakukan 13,739 prosedur laparoskopi untuk penanganan massa di ovarium
3. Penggunaan laparoskopi dalam prosedur pembedahan untuk kista ovarium dapat
berupa kistektomi dan salfingoooforektomi.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa, laparoskopi
merupakan cara operasi yang lebih aman, efektif, dan dapat meminimalkan resiko
seperti seperti perdarahan, infeksi dan cidera organ sekitar dibandingkan bedah
konvensional yang menggunakan metode laparotomi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar