Pengertian
Infeksi Masa Nifas
Infeksi masa nifas (peurperalis)
adalah infeksi pada dan melalui traktus genetalis setelah persalinan. Suhu 38o
C atau lebih yang terjadi antara hari ke 2 – 10 postpartum dan diukur peroral
sedikitnya empat kali sehari. (Siti
Saleha : 2009, 96)
Infeksi nifas adalah semua
peradangan yang disebabkan oleh masuknya kuman-kuman ke dalam alat genetalia
pada waktu persalinan
dan nifas. (Eny Retna : 2008, 122)
Penyebab
Infeksi Masa Nifas
Bermacam-macam
jalan kuman masuk ke dalam alat kandungan seperti eksogen(kuman datang dari
luar),autogen (kuman masuk dari tempat lain dalam tubuh) dan endogen (dari
jalan lahir sendiri).penyebab yang terbanyak dan lebih dari 50% adalah
streptococcus anaerob yang sebenarnya tidak patogen sebagai penghuni normal
jalan lahir.Kuman-kuman
yang sering menyebabkan infeksi antara lain adalah :
1)
Streptococcus
Haemoliticus Anaerobic
Masuknya secara
eksogen dan menyebabkan infeksi berat. Infeksi ini biasanya eksogen (ditularkan
dari penderita lahir,alat-alat yang tidak suci hama,tangan penolong, infeksi
tenggorokan orang lain).
2)
Staphylococcus
Aureus
Masuknya secara
eksogen ,infeksinya sedang, banyak ditemukan sebagai penyebab infeksi dirumah
sakit dan dalam tenggorokan orang orang yang nampaknya sehat. Kuman ini
biasanya menyebabkan infeksi terbatas, walaupun kadang-kadang menjadi sebab
infeksi kuman.
3)
Eschercia
Coli
Sering berasal
dari kandung kemih dan rectum,menyebabkan infeksi terbatas pada
perineum,vulva,dan endometrium.Kuman ini merupakan sebab penting dari infeksi
traktus urinarius.
4)
Clostridium
Wellchii
Kuman ini
bersifat anaerob,jarang ditemukan akan tetapi sangat berbahaya. Infeksi ini
lebih sering terjadi pada abortus kriminalis dan partus yang ditolong oleh
dukun dari luar rumah sakit.
(Damaiyanti : 2011, 100)
Manifestasi
klinis
Infeksi nifas dibagi atas 2 golongan yaitu :
Infeksi yang terbatas pada
perineum, vulva, vagina dan endometrium
A. Infeksi perineum, vulva, vagina dan serviks
A. Infeksi perineum, vulva, vagina dan serviks
Ø
Tanda dan gejala :
·
Rasa nyeri dan panas pada
tempat infeksi, disuria dengan atau tanpa distensi urin
·
Jahitan luka mudah lepas,
merah dan bengkak
·
Bila getah radang bisa keluar,
biasanya keadaan tidak berat. Suhu sekitar 38 C, nadi kurang dari 100 X /
menit
·
Bila luka terinfeksi, tertutup
jahitan dan getah radang tidak dapat keluar, demam bisa meningkat sampai 39 –
40 C, kadang – kadang disertai menggigil
(Damaiyanti
: 2011, 101)
1.
Vulvitis
Vulvitis adalah infeksi pada vulva. Vulvitis pada ibu pasca
melahirkan terjadi di
bekas sayatan episiotomi atau luka perineum jaringan
sekitarnya membengkak. Tepi luka menjadi berwarna merah dan bengkak, jahitan mudah lepas, luka yang terbuka menjadi ulkus dan
mengeluarkan nanah. (Siti Saleha : 2009, 97)
Merupakan infeksi pada daerah vagina. Vaginitis pada ibu pasca melahirkan dapat terjadi secara langsung pada luka vagina atau melalui
perineum. Permukaan mukosa bengkak dan kemerahan, terjadi ulkus dan getah
mengandung nanah dari daerah ulkus. Penyebaran dapat terjadi tetapi pada umumnya infeksi tinggal terbatas. (Siti Saleha : 2009,
97)
3.
Servisitis
Infeksi yang sering terjadi pada daerah servik, tapi
tidak menimbulkan banyak gejala. Luka serviks yang dalam dan meluas dan langsung ke dasar
ligamentum latum dapat menyebabkaninfeksi yang menjalar ke parametrium.
Gejala klinis yang dirasakan pada sersivitis adalah sebagai berikut :
a.
Nyeri dan rasa panas pada daerah
infeksi.
b.
Kadang perih bila BAK.
c.
Demam dengan suhu badan 39o-
40o C.
(Siti
Saleha : 2009, 97)
Kadang – kadang lochea tertahan dalam uterus oleh darah, sisa plasenta dan
selaput ketuban yang disebut locheometra yang dapat menyebabkan kenaikan
suhu. Uterus pada endometritis agak membesar, serta nyeri pada perabaan dan
lembek. (Damaiyanti : 2011, 101)
Pada
endometritis yang tidak meluas, penderita merasa kurang sehat dan nyeri perut
pada hari-hari pertama. Mulai hari ke 3 suhu meningkat, nadi menjadi cepat,
akan tetapi pada beberapa hari suhu dan nadi menurun dan dalam kurang lebih
satu minggu keadaan sudah kembali normal. (Damaiyanti
: 2011, 102)
Lokia pada
endometritis biasanya bertambah dan kadang-kadang berbau. Hal ini tidak boleh
dianggap infeksinya berat, malahan infeksi berat kadang-kadang disertai oleh
lokia yang sedikit dan tidak berbau. (Damaiyanti
: 2011, 102)
Penyebaran dari tempat –
tempat infeksi melalui vena – vena jalan limfe dan permukaan endometrium
Infeksi ini sangat berbahaya dan merupakan 50% dari semua kematian karena
infeksi nifas.Infeksi ini meliputi :
1.
Septikemia dan Piemia
A.
Septikemia
Septikemia adalah keadaan dimana kuman-kuman atau toksinnya langsung masuk ke dalam
peredaran darah dan menyebabkan infeksi.
Gejala klinik septikemia lebih akut antara lain: kelihatan sudah sakit dan lemah sejak awal; keadaan umum jelek,
menggigil, nadi cepat 140 – 160 x per menit atau lebih; suhu
meningkat antara 39-40o C, tekanan darah turun, keadaan umum memburuk, sesak nafas, kesadaran turun, gelisah. Penderita meninggal
dalam enam sampai tujuh hari post partum, jika ia hidup terus, gejala-gejala
menjadi piemia. (Damaiyanti
: 2011, 102)
B.
Piemia
Piemia dimulai dengan tromflebitis vena-vena pada daerah perlukaan lalu lepas menjadi
embolus-embolus kecil yang dibawa ke peredaran darah, kemudian terjadi infeksi dan abses pada organ-organ yang diserangnya
Tidak lama post partum pasien sudah merasa sakit, perut nyeri, suhu tinggi,
menggigil setelah kuman dengan emboli memasuki peredaran darah umum. Ciri khas:
Berulang – ulang suhu meningkat disertai menggigil, diikuti oleh turunnya suhu. Lambat laun akan timbul gejala abses paru,
pneumonia dan pleuritis. Embulus dapat pula menyebabkan abses-abses di
beberapa tempat lain. (Damaiyanti :
2011, 102)
2.
Tromboflebitis
Radang pada vena terdiri dari tromboflebitis pelvis dan tromboflebitis
femoralis.
Tromboflebitis pelvis yang sering meradang adalah pada vena ovarika, terjadi karena mengalirkan darah dan luka bekas plasenta di
daerah fundus uteri. Penjalaran trombofeblitis pada vena ovarika kiri adalah ke
vena renalis dan vena ovarika kanan ke vena kava inferior. (Siti Saleha : 2009, 98)
Tromboflebitis femoralis dapat menjadi tromboflebitis vena safena magna atau peradangan vena femoralis sendiri, penjalaran
tromboflebitis vena uterin, dan akibat parametritis. Tromboflebitis vena femoralis disebabkan aliran darah lambat pada lipat paha karena tertekan
ligamentum inguinale dan kadar fibrinogen meningkat pada masa nifas. (Siti Saleha : 2009,
98)
1.
Peritonitis
Infeksi
peurperalis melalui saluran getah bening dapat menjalar ke peritoneum hingga
terjadi peritonis atau ke parametrium menyebabkan parametritis. (Siti Saleha : 2009,
98)
2.
Selvitis pelvika
(parametrisis)
Parametritis dapat terjadi dengan
tiga cara berikut ini :
a.
Melalui robekan servik yang dalam.
b.
Penjalaran endometritis atau luka
servik yang terinfeksi melalui saluran getah bening.
c.
Sebagai lanjutan tromboflebitis.
Jika terjadi
infeksi parametrium, tmbullah pembengkakan yang mula-mula lunak, tetapi
kemudian menjadi keras kembali dengan gejala klinis sebagai berikut:
a.
Uterus agak membesar dan lembek.
b.
Nyeri pada perabaan.
c.
Suhu tubuh 39o C - 40
o C.
d.
Nadi cepat dan menggigil.
e.
Lokia banyak dan berbau.
(Siti
Saleha : 2009, 98)
Patofisiologis
Infeksi Masa Nifas.
Setelah kala III, daerah bekas
insersio plasenta merupakan sebuah luka dengan diameter kira-kira 4cm.
Permukaannya tidak rata, berbenjol-benjol karena banyaknya vena yang ditutupi
trombus. Daerah ini merupakan tempat yang baik untuk tumbuhnya kuman dan
masuknya jenis yang patogen dalam tubuh wanita. Servik sering mengalami
perlukaan pada persalinan, demikian juga vulva, vagina dan perinium yang
merupakan tempat masuknya kuman patologis. Proses radang dapat terbatas pada luka-luka tersebut
atau dapat menyebar di luar luka asalnya. (Eny Retna : 2008, 123)
Cara
Terjadinya Infeksi Masa Nifas
Infeksi dapat terjadi sebagai berikut :
1). Tangan
pemeriksa atau penolong yang tertutup sarung tangan pada pemeriksaan dalam atau
operasi membawa bakteri yang sudah ada dalam vagina ke dalam uterus.
Kemungkinan lain ialah bahwa sarung tangan atau alat alat yang dimasukkan ke
dalam jalan lahir tidak sepenuhnya bebas dari kuman-kuman.
2). Droplet
Infection. Sarung tangan atau
alat-alat terkena kontaminasi bakteri yang berasal dari hidung atau tenggorokan
dokter atau petugas kesehatan lainnya.Oleh karena itu ,hidung dan mulut petugas
yang berkerja di kamar bersalin harus ditutup dengan masker dan penderita
infeksi saluran pernafasan dilarang memasuki kamar bersalin.
3). Dalam rumah
sakit terlalu banyak kuman-kuman pathogen,berasal dari penderita-penderita
dengan berbagai jenis infeksi. Kuman-kuman ini bisa dibawa oleh aliran udara kemana-mmana termasuk
kain-kain ,alat-alat yang suci hama,dan yang digunakan untuk merawat wanita
dalam persalinan atau pada waktu nifas.
4). Koitus pada
akhir kehamilan tidak nerupakan sebab infeksi penting, kevuali apabila
mengakibatkan pecahnya ketuban..
(Damaiyanti : 2011, 101)
Tanda
Dan Gejala Infeksi Masa Nifas.
Infeksi akut ditandai dengan demam,
sakit didaerah infeksi, berwarna kemerahan, fungsi organ tersebut terganggu.
Gambaran klinis infeksi nifas dapat berbentuk :
a.
Infeksi lokal
Pembengkakan luka
episiotomi, terjadi penanahan, perubahan warna kulit, pengeluaran kochea
bercampur nanah, mobilisasi terbatas karena rasa nyeri, temperatur badan dapat
meningkat.
b.
Infeksi umum
Tampak sakit dan lemah,
temperatus meningkat, tekanan darah menurun dan nadi meningkat, pernafasan
dapat meningkat dan akan terasa sesak, kesadaran gelisah sampai menurun dan
koma, terjadi gangguan involusi uterus, lochea berbauh dan bernanah serta
kotor.
( Eny
Retna, 2 08 : 124)
Faktor
Predisposisi Infeksi Masa Nifas.
a. Semua keadaan yang menurunkan daya tahan penderita
seperti perdarahan banyak,diabetes,preeklamsi,malnutrisi,anemia. Kelelahan juga
infeksi lain yaitu pneumonia,penyakit jantung dan sebagainya.
b. Proses persalinan bermasalah seperti partus lama/macet
terutama dengan ketuban pecah lama,koriomnionitis,persalinan traumatic,kurang
baiknya proses pencegahan infeksi dan manipulasi yang berlebihan.
c. Tindakan obstertik operatic baik pervaginam maupun
perabdominam.
d. Tertinggalnya sisa plasenta, selaput ketuban dan
bekuan darah dalam rongga rahim.
e. Episiotomy atau laterasi.
(Damaiyanti : 2011, 101)
Cara
Pencegahan Infeksi Masa Nifas.
a. Masa
kehamilan
1.
Mengurangi atau mencegah
factor-faktor predopsi seperti anemia,malnutrisi dan kelemahan serta mengobati
penyakit-penyakit yang diserita ibu.
2.
Pemeriksaan
dalam jaringan dilakukan kalau tidak ada indikasi yang perlu.
3.
Koitus pada
hamil tua hendaknya dihindari atau dikurangi dan dilakukan hati-hati karena
dapat menyebabkan pecahnya ketuban. Kalau ini terjadi infeksi akan mudah masuk
dalam jalan lahir.
b.
Selama
Persalinan
Usaha-usaha pencegahan
terdiri atas membatasi sebanyak mungkin masuknya kuman-kuman dalam jalan lahir
:
1. Hindari
partus terlalu lama dan ketuban pecah lama/menjaga supaya persalinan tidak
berlarut-larut.
2. Menyelesaikan
persalinan dengan trauma sedikit mungkin.
3. Perlukaan-perlukaan
jalan lahir karena tindakan baik pervaginam maupun perabominam dibersikan,
dijahit sebaik-baiknya dan menjaga sterilisasi.
4. Mencegah
terjadinya perdarahan banyak, bila terjadi darah yang hilang harus diganti
dengan transfusi darah.
5. Semua
petugas dalam kamar berslin harus menutup hidung dan mulut dengan masker, yang
menderita infeksi pernafasan tidak diperbolehkan masuk kedalam kamar bersalin.
6. Alat-alat
dan kain-kain yang dipakai dalam persalinan harus suci hama.
7. Hindari
pemeriksaan dalam berulang-ulang, lakukan bila ada indikasi dengan sterilisasi
yang baik, apabila ketuban telah pecah.
c.
Selama
nifas
1. Luka-luka
dirawat dengan baik jangan sampai terkena infeksi, begitu pula alat-alat dan
pakaian serta kain yang berhubungan dengan alat kandungan harus steril.
2. Penderita
dengan infeksi nifas sebaiknya diisolasi dalam ruangan khusus, tidak bercampur
dengan ibu sehat.
3. Pengunjung-pengunjung
dari luar hendaknya pada hari-hari pertama dibatasi sedapat mungkin.
(Damaiyanti : 2011, 101)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar